Jumat, 01 November 2019

Kesimpulan dari Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Pada dasarnya BOP adalah semua biaya produksi yang termasuk kedalam biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya-biaya produksi lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibedakan langsung pada suatu proses produksi.
Anggaran biaya overhead pabrik disediakan untuk berbagai macam tingkat produksi. Jumlah biayanya dipecah menjadi kompenen-kompenen tetap (dinyatakan tarif  dan didasarkan atas jam kerja langsung). Hubungan yang erat antara biaya standar dan metode pengendalian anggaran (budgetary control methode) bersifat penting, khususnya untuk analisis overhead pabrik. Overhead pebrik aktual tidak hanya dibandingkan terhadap overhead yang diterapkan (applied overhead cost), tetapi juga terhadap anggaran yang didasarkan pada kegiatan aktual dan standar yang diizinkan untuk produksi aktual.

Menurut kalian apa saja kebijakan yang ditetapkan untuk menunjang anggaran biaya overhead pabrik?

Menurut kalian apa saja kebijakan yang ditetapkan untuk menunjang anggaran biaya overhead pabrik?
 
1. Menentukan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik.
2. Merencanakan dan mengendalikan biaya overhead pabrik.
 
 

Bagaimana proses penyusunan anggaran biaya overhead pabrik?

1. Bagaimana proses penyusunan anggaran biaya overhead pabrik?
 
2. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik (BOP) adalah: biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung Meliputi: Bahan baku tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung. Semua biaya pabrik lainnya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.3 Tujuan Penyusunan Anggaran BOP 1. Mengetahui penggunaan biaya secara lebih efisien. 2. Menentukan harga pokok produk secara lebih tepat. 3. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat (departemen ) dimana biaya dibebankan. 4. Sebagai alat pengawasan biaya overhead pabrik.
4 Cakupan Anggaran BOP Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik harus mencakup perincian tentang : 1. Jenis barang yang dihasilkan. 2. Jumlah barang yang diproduksi. 3. Departemen ( tempat ) dimana biaya dialokasikan. 4. Tarif biaya overhead pabrik persatuan kegiatan. 5. Waktu (kapan) produksi dilaksanakan.
5 Biaya vs Pengeluaran Biaya (cost) = sejumlah belanja yang dicatat seluruhnya sebagai harta dan akan menjadi pengeluaran ketika dihabiskan dimasa depan. Jadi, sebuah perkiraan biaya adalah sebuah perkiraan harta ( contoh : persediaan ) Pengeluaran = pembelanjaan yang sekarang dikonsumsi atau biaya yang telah dihabiskan.
6 Penentu Anggaran BOP Dalam kaitannya dengan penentuan basarnya biaya yang harus dianggarkan ke dalam biaya overhead pabrik, perlu diperhatikan berbagai hal berikut : 1. Penanggung Jawab Perencanaan Biaya 2. Penentuan jumlah Biaya Penanggung jawab perencanaan biaya dibagi menjadi dua Departemen, yaitu : a. Departemen Produksi (Production Department) b. Departemen Jasa / Pembantu (service Departement)
7 Jenis Biaya berdasarkan Sifat Biaya 1. Biaya Tetap 2. Biaya Variabel 3. Biaya Semi Variabel 1. Biaya Tetap, yaitu biaya biaya yang cenderung bersifat konstant secara total dari waktu ke waktu, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan contoh: - Gaji, - Pajak Kekayaan - Asuransi
8 Jenis Biaya berdasarkan Sifat Biaya 2. Biaya Variabel, yaitu biaya biaya yang secara total mengalami perubahan, yang besarnya sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan Contoh: - Biaya Bahan Baku - Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Semi Variabel, Yaitu biaya biaya yang tidak bersifat variabel dimana biaya ini mengalami perubahan, namun tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegitan Contoh: - Biaya Tenaga Kerja Tak langsung - Biaya Listrik
9 Satuan Kegiatan dlm penyusunan Anggaran BOP Di bagian produksi : Material cost (MC) Direct labor cost (DLC) Direct machine hauors (DMH) Produtive output (PO) Di bagian jasa / pembantu : Direct repair hors (DRH) kilowatt hour (KwH) Direct labour hours (DLH) Nilai pembelian bahan mentah
10 Contoh 1. Sebuah perusahaan memproduksi barang X melalui 2 dept. produksi dan 2 dept Jasa Biaya Overhead Pabrik Departemen Dept. Prod A Dept. Prod B Dept. Jasa 1 Dept. Jasa 2 Biaya Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,-
11 Contoh 1 Penggunaan hasil kegiatan dept. jasa: Pemakai Jasa Pemberi Jasa Dept. Produksi Dept. Jasa A B 1 2 Dept. Jasa 1 45% 40% - 15% Dept. Jasa 2 35% 45% 20% a. Hitung BOP Netto Dept. Jasa. Setelah saling memberi dan menerima jasa. b. Hitung BOP keseluruhan Dept. Produksi setelah menyerap BOP Dept. Jasa.
12 Jawaban Contoh 1 Langkah 1: Hitung Hitung Biaya tiap Dept. Jasa Asumsi bahwa Dept Jasa 1 X maka X = ,2 Y Dept Jasa 2 Y Y = ,15 X X = ,2 ( ,15 X) X = ,030 X X - 0,030X = ,97X = X = * = Y = ,15 ( ) Y = ** =
13 Jawaban contoh 1 Langkah 2: Hitung Jumlah BOP netto dari Dept. Jasa I & II BOP NETTO DEPT. JASA I DEPT. JASA II BOP asli/awal Rp Rp Menerima (+) Rp Rp Memberi (-) Rp Rp BOP Netto Rp Rp
14 Langkah 3: Tentukan biaya BOP untuk Dept. Produksi A & B BOP Dept Prod A: Anggaran : Rp ,- Alokasi BOP dari Dep Jasa : J1 = 45/(45+40)* = J2 = 35/(35+45) * = BOP Dept Prod B: Anggaran : Rp ,- Alokasi BOP dari Dep Jasa : J1 = 40/(45+40)* = J2 = 45/(35+45) * =
15 Langkah 3: Tentukan biaya BOP untuk Dept. Produksi A & B ANGG. BOP DEPT. PROD. A DEPT. PROD B Alokasi BOP Rp Rp Dept. Jasa I Rp Rp Dept. Jasa II Rp Rp BOP Netto Rp Rp Latihan 1
16 Latihan 1 PT CANTIKA memproduksi 3 jenis produk : X, Y dan Z. Ketiga produk tersebut diproses di 2 departmen produksi dan 2 departmen jasa. Tarif BOP ditentukan berdasarkan rencana kegiatan tahunan. Biaya overhead yang dianggarkan setahun : Departemen Dept. Prod A Dept. Prod B Dept. Jasa 1 Dept. Jasa 2 Biaya Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,-
17 Penggunaan hasil kegiatan departemen jasa : Pemberi Jasa Pemakai Jasa Dept. Produksi Dept. Jasa A B 1 2 Dept. Jasa 1 50% 40% - 10% Dept. Jasa 2 45% 35% 20% - Anggaran Produksi setahun : Produk X = unit Produk Y = unit Produk Z = unit
18 Standar penggunaan waktu per satuan produk (DMH) Produk Dept. Produksi A Dept. Produksi B Produk X 1 2,5 Produk Y 2 1,5 Produk Z 1,5 1 Ditanyakan : 1. Besarnya BOP netto dept. Jasa 2. Besarnya BOP dept produksi setelah menerima alokasi biaya dari dept jasa 3. Tarif BOP per DMH untuk setiap dept produksi
19 Latihan 2 PT. PITANTO merencanakan BOP setahun sebagai berikut: Departemen Kegiatan Biaya Dept. Prod A Dept. Prod B Dept. Jasa 1 Dept. Jasa 2 Pencetakan Penghalusan Pembangkit Listrik Bengkel Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rencana Pemakaian Jasa : Departemen Pemberi Jasa 1 Pemberi Jasa 2 Dept. Prod A Dept. Prod B Dept. Jasa 1 Dept. Jasa 2 50% 30% - 20% 40% 50% 10% -
20 Jika diketahui dalam setahun Jumlah pembangkit listrik sebesar KwH Bengkel bekerja DRH Ditanya : 1. Persamaan yang berlaku bagi pemberi Jasa masing-masing 2. BOP Sesi Jasa setelah saling memberi dan menerima masingmasing jasa 3. BOP per Departemen Produksi 4. Menentukan tarif masing-masing jasa
 

Apa yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik?


Terdapat 2 permasalahan pokok dalam anggaran biaya overhead pabrik, yaitu:
  1. Masalah penanggung jawab dalam perencanaan biaya
    Penanggungjawab dalam perencanaan terdiri atas 2 departemen, yaitu:
    • Departemen Produksi, Yaitu bagian di pabrik yang bekerja mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau produk akhir.
    • Departemen Jasa, Yaitu bagian di pabrik yang menyediakan jasanya dan secara tidak langsung ikut berperanan dalam proses produksi jasa yang disediakan
    Atas penggolongan itulah maka dikenal 2 macam biaya overhead pabrik, yaitu:
    • BOP langsung, yang terjadi di Departemen Produksi
    • BOP tidak langsung, yang terjadi di Departemen Jasa
    Item biaya yang menjadi tanggungjawab masing-masing departemen produksi dan departemen jasa dapat dilihat pada tabel berikut:
    Tabel Tanggungjawab masing-masing departemen produksi

  2. Masalah menentukan jumlah biaya (anggaran)
    Setiap departemen berhak menentukan anggaran dan biaya untuk masing-masing departemen. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
    • Berdasarkan sifat biayanya, yaitu fixed, variabel dan semi variabel yang jumlahnya sudah jelas dari waktu ke waktu, sehingga lebih mudah dihitung.
    • Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran. Setiap bagian berhak untuk menetukan biaya masing-masing sesuai kebutuhannya. Namun ada beberapa biaya yang telah ditetapkan sesuai keputusan level manajemen (misalnya gaji untuk pegawai tetap di bagian tersebut merupakan wewenang Direksi/Manajemen)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan Budget Biaya Overhead Pabrik, yaitu:
  1. Budget unit yang akan diproduksikan
  2. Standar pembebanan biaya yang ditetapkan oleh perusahaan
  3. Sistem pembayaran upah yang dipakai oleh perusahaan
  4. Metode depresiasi yang dipakai oleh perusahaan
  5. Metode alokasi biaya yang dipakai perusahaan
Selain itu, perlu dilakukannya pengawasan terhadap Anggaran Overhead Pabrik ini. Salah satu fungsi manajemen yang harus diperhatikan adalah pengawasan. Biaya overhead juga memerlukan pengawasan agar sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dalam rangka pengawasan biaya overhead, salah satu masalah yang dihadapi adalah pengalokasian biaya bagian jasa/pembantu kepada bagian produksi. Karena bagian jasa/pembantu tidak hanya menanggung biaya yang timbul di bagian jasa itu sendiri tetapi juga biaya yang timbul akibat proses produksi.
Dalam pengalokasian biaya bagian jasa/pembantu diperlakukan satu cara pendekatan yang disebut Clean Cost Concept Cara ini merupakan salah satu alokasi biaya, dimana biaya overhead pada bagian jasa/pembantu secara langsung dialokasikan kebagian-bagian produksi, berdasarkan proporsi pemakaian jasa oleh masing-masing bagian produksi.

Apa dampaknya bila perusahaan tidak menggunakan anggaran biaya overhead pabrik?

- menjadikan perusahaan mengalami kesulitan dalam melacak biaya yang sudah dikeluarkan sehingga berujung pada kerugian.

-Jika biaya overhead pabrik ini tidak dikendalikan dengan baik, maka laporan keuangan, terlebih laporan harga pokok produksi tidak dapat dibuat dengan tepat dan tidak akurat serta sulit menghindarkan dari kecurangan atau manipulasi.

Apa saja fungsi dari anggaran biaya overhead pabrik?

1. Untuk mengetahui penggunaan biaya secara lebih efisien
2.  Untuk menentukan harga pokok produk secara lebih tepat
3. Untuk mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat (departemen) dimana biaya dibebankan
4. Sebagai alat pengawasan biaya overhead pabrik
5.  Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.
6.  Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.
7.  Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan lain-lain.

Apa saja yang termasuk anggaran biaya overhead pabrik?

Pengertian Anggaran Biaya Overhead
Anggaran biaya overhead pabrik adalah suatu perencanaan yang terperinci mengenai biaya-biaya tidak langsung yang dikeluarkan sehubungan dengan proses produksi selama periode yang akan datang, yang meliputi : jenis biaya, waktu serta tempat dimana biaya tersebut terjadi.
Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya dalam pabrik yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka proses produksi, kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead mencakup tiga kelompok biaya yaitu:

1.      Biaya bahan penolong
Biaya bahan penolong (bahan tidak langsung) Bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Misalnya Kancing dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian, reselting untuk jaket dan paku, cat untuk meja tulis

2.      Biaya tenga kerja penolong
Biaya tenaga kerja penolong (tenaga kerja tidak langsung) Pekerja yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan barang tetapi tidak terlibat dalam secara langsung di dalam proses produksi contoh: mandor dari para penjahit, satpam pabrik

3.      Biaya Pabriksae Lainnya
Biaya – biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk selain biaya-biaya diatas seperti: listrik, air, telepon pabrik, penyusutan mesin dll
Penyusunan anggaran biaya overhead dapat ditetapkan berdasarkan jam kerja per unit atau bedasarkan biaya per unit produk atau bedasarkan persentase tertentu dari biaya produksi. Penghitungan yang lebih rinci dapat dilakukan, jika memang kebutuhan setiap komponen biaya overhead per unit produk tersebut diketahui.

Kamis, 31 Oktober 2019

Makalah Profitabilitas



BAB I
1.1  LATAR BELAKANG
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba (keuntungan) dalam waktu tertentu. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para pemegang saham juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin tinggi juga permintaan sahamnya.
Profitabilitas yang semakin baik, akan membuat investor menjadi semakin percaya untuk kemudian menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Pada gilirannya, profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Pengguna semua sumber daya tersebut memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangkan dengan beban pokok penjualan dan beban-beban lainnya.
Penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan bertujuan untuk (1) mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu, (2) menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, (3) menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, dan (4) mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

1.2  TUJUAN PENULISAN
1.2.1                  Mendefinisikan Pengertian Analisis Rasio Profitabilitas
1.2.2                  Menjelaskan Tujuan dan Manfaat Analisis Rasio Profitabilitas
1.2.3                  Mengetahui Jenis – Jenis Analisis Rasio Profitabilitas


BAB II
2.1 PENGERTIAN ANALISIS RASIO PROFITABILITAS
2.1.1 Pengertian Menurut Para Ahli
Menurut R. Agus Sartono (2010:122) menyatakan bahwa : Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Menurut Kasmir (2011:196) , menyatakan bahwa : Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Menurut Susan Irawati (2006:58), menyatakan bahwa : Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
2.1.2 Pengertian Analisis Rasio Profitabilitas Menurut Kami
            Dari pengertian para ahli diatas, bisa disimpulkan bahwa analisis rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi kinerja perusahaan.
2.2 TUJUAN DAN MANFAAT ANALISIS RASIO PROFITABILITAS
            Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak - pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.
2.2.1 Tujuan Analisis Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2011:197) , yang menyatakan bahwa :   Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi peusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
1.        Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
2.        Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3.        Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4.        Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5.        Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.  



2.2.2 Manfaat Analisis Rasio Profitabilitas
Manfaat dari rasio profitabilitas :
1.      Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
2.      Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3.      Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4.      Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5.      Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.  

2.3 JENIS – JENIS ANALISIS RASIO PROFITABILITAS
Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis akuntansi keuangan antara lain:
1.      Profit Margin (Rasio Profit Margin)
Profit Margin on Sales atau Rasio Profit Margin Merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara menggunakan rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin menurut Kasmir (2013: 199) yaitu :
A.    Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa. Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba kotor sebagai berikut.

Gross Profit Margin = (Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%

Contoh :
Laba kotor perusahaan PT Megah Sejahtera Rp. 48.000.000
Total pendapatan perusahaan : Rp. 55.000.000
Maka Gross Profit Margin perusahaan PT Megah Sejahtera adalah
= (Rp. 48.000.000 : Rp. 55.000.000) x 100% = 87%
B.     Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus berikut ini.
Net Profit Margin = (Laba bersih setelah pajak : penjualan) x 100%

Contoh :
Pendapatan penjualan bersih (Net Sales) Rp. 27.063.310.000.000
Laba bersih setelah pajak (Net Profit After Tax) Rp.2.064.650.000.000
Margin Laba bersih (Net Profit Margin)               = ???
Jawab :
Net Profit Margin = laba bersih setelah pajak : penjualan
= (Rp. 2.064.650.000.000 : Rp. 27.063.310.000.000) x 100%
= 7,63%

2.      Return On Investment (ROI)
Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasi.
            Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
            Rumus yang digunakan untuk mencaro ROI adalah sebagai berikut:
ROI = ((Laba Atas Investasi – Investasi Awal) : Investasi) x 100%

            Contoh :
Perusahaan Maju Bersama melakukan investasi sebesar Rp. 500.000.000 kepada sebuah usaha penjualan produk kendaraan. Perusahaan Maju Bersama ternyata mendapatkan penjualan sebesar 1000 unit kendaraan. Dan dari penjualan tersebut perusahaan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 600.000.000.
Diketahui :      Keuntungan (laba) investasi sebesar Rp. 100.000.000
                                    Mondal (investasi) awal Rp. 500.000.000,-


Jadi perhitungannya sebagai berikut :
ROI = ((Rp. 600.000.000 – Rp. 500.000.000) : Rp. 500.000.000) x 100%
ROI = (Rp. 100.000.000 : Rp. 500.000.000) x 100%
ROI = 20%
Jadi diperoleh ROI nya sebesar 20%
3.      Return On Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau Return On Equity atau Rentabilitas Modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efesiensi modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
            Rumus untuk mencari Return On Equity dapat digunakan sebagai berikut :
ROE = (Laba bersih setelah pajak : Ekuitas pemegang saham) x 100%

Contoh :
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2017, PT Megah Sejahtera yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 500.000.000. total ekuitas pemegang saham adalah sebanyak Rp. 800.000.000. berapa rasio pengembalian ekuitas atau Return On Equity (ROE) PT Megah Sejahtera ?

Jawab :
ROE = Laba bersih setelah pajak : Ekuitas pemegang saham
ROE = (Rp. 500.000.000 : Rp.800.000.000) x 100%
ROE = 62,5%

4.      Return On Sales ( ROS)
Return On Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya – biaya variable produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain – lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut margin operasional (Operasional Margin) atau margin pendapatan operasional (Operating Income Margin)
            Berikut rumus untuk menghitung Return On Sales (ROS) :
ROS = (Laba Sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x 100%

Contoh :
PT Megah Sejahtera menghasilkan laba sebelum pajak dan bunga sebesar Rp.100.000.000 sedangkan penjualan adalah sebesar Rp.1.500.000.000. berapakah ROS atau tingkat pengembalian penjualan PT Megah Sejahtera ??
Jawab :
ROS = (Laba Sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x 100%
ROS = (Rp.100.000.000 : Rp.1.500.000.000) x 100% = 6,7 %

5.      Return On Assets (ROA)
Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai presentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total aset sehingga efesiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari presentase rasio ini. Rumus dari Return On Assets sebagai berikut :
ROA = (Laba Bersih : Total Aset) x 100%

Contoh :
Dengan memakai data laporan keuangan. Diketahui Laba bersih perusahaan sebesar Rp.180.000.000 dan total aset Rp.20.000.000 maka hitunglah ROA perusahaan!
Jawab :
ROA = Laba bersih : Total Aset x 100%
ROA = Rp.180.000.000 : Rp.20.000.000
ROA = 9%

6.        Earning Per Share (EPS)
Earning per Share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan, manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan Earning Per Share  karena menjadi indicator keberhasilan perusahaan. Rumus Earning Per Share sebagai berikut :
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Contoh:
Perusahaan Setia Merdeka mempunyai saham yang beredar sebanyak 1 juta lembar pada tahun 2017, Laba bersih setelah pajak adalah Rp1 miliar. Perusahaan Setia Merdeka kemudian memutuskan untuk membagikan 10% dividen atau sekitar Rp100 juta kepada pemegang sahamnya. Berapakah Earning Per Share (EPS) atau Laba per lembar sahamnya ?
Jawab :
Laba per Saham (EPS) =  (Laba Bersih setelah Pajak – Dividen) : Jumlah Saham yang Beredar
Laba per Saham (EPS) =  (1.000.000.000 – Rp100.000.000) : 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = 900.000.000 : 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = 900,- 
Jadi Laba per Saham atau Earning per Share (EPS) PT Setia Merdeka adalah sebesar Rp900.



2.4 STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
PT ABC
Laporan Posisi Keuangan
(dalam rupiah)
Keterangan / Tahun
2012
2013
Aset


Aset Lancar


- Kas
3.000
2.500
-Surat Berharga
2.000
1.000
-Piutang Dagang
4.500
6.000
-Persediaan Barang
16.000
17.000
Jumlah Aset Lancar
25.500
26.500
Asset Tidak Lancar


-Tanah
15.000
10.000
-Bangunan
40.000
30.000
-Kendaraan
20.000
18.000
-Peralatan kantor
7.000
9.000
Jumlah aset tidak lancar
82.000
67.000
Total Aset
107.500
93.500
Liabilitas


Liabilitas Jangka Pendek


-Utang dagang
10.000
15.000
-Utang wesel
2.000
6.000
Jumlah utang lancar
17.000
21.000
Liabilitas jangka panjang


-Utang bank
10.000
5.000
-Utang obligasi
30.000
25.000
Jumlah Liabilitas Tidak Lancar
40.000
30.000
Jumlah Liabilitas
57.000
51.000
Ekuitas


-Modal
30.000
25.000
-Agio saham biasa
3.000
2.500
-Laba ditahan
17.500
15.000
Jumlah Ekuitas
50.500
42.500
Total Liabilitas Dan Ekuitas
107.500
93.500

PT ABC
Laporan Laba/Rugi
(dalam rupiah)
Keterangan/Tahun
2012
2013
Penjualan Bersih
160.000
135.000
     Hpp
110.000
95.000
Laba Kotor
50.000
40.000
     Beban Operasi
30.000
25.000
Laba Operasi
20.000
15.000
     Beban Bunga
6.000
5.000
Laba Sebelum Pajak
14.000
10.000
     Beban Pajak
5.600
4.000
Laba Bersih
8.400
6.000

PEMBAHASAN
Adapun rasio profitabilitas yang akan dipakai adalah :
1.      Gross Profit Margin
Gross Profit Margin = Laba Kotor : Total Pendapatan x 100%
Di Tahun 2012            = Rp.50.000 : Rp.160.000 x100%
                                    = 31,25%
Di Tahun 2013            = Rp.40.000 : Rp.135.000 x 100%
                                    = 29,6%
Artinya bahwa setiap Rp1,- (satu rupiah) di tahun 2012 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp0,3125. Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik. Tetapi pada penghitungan Gross Profit Margin, sangat dipengaruhi oleh HPP, sebab semakin besar HPP, maka akan semakin kecil Gross Profit Margin yang dihasilkan. Dan perusahaan ini ditahun berikutnya mengalami penurunan seperti halnya di laporan laba ruginya.
2.      Net Profit Margin
Net Profit Margin = Laba setelah pajak : Penjualan x 100%
Di Tahun 2012            = Rp.8.400 : Rp.160.000 x 100%
                                    = 5,25%
Di Tahun 2013            = Rp.6.000 : Rp.135.000 x 100%
                                    = 4,4%
Artinya memang perusahaan mengalami penurunan penjualan dari periode ini. Dikarenakan gross profit margin nya juga menurun. Apabila Gross Profit Margin selama suatu periode tidak berubah, sedangkan Net Profit Marginnya mengalami penurunan, berarti biaya meningkat relatif besar dibanding dengan peningkatan penjualan.
3.      ROA ( Return on Assets)
Return on Assets = Laba setelah pajak (EAT) : Total Aktiva x 100%
2012                = Rp.8.400 : Rp.107.500 x 100%
                        = 7,8%
2013                = Rp.6.000 : Rp. 93.500 x 100%
                        = 6,4%
Artinya menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan, berarti dengan Rp1000,- aktiva akan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp78 atau dengan Rp1,- menghasilkan laba bersih (EAT) Rp0,078,-
4.      ROS ( Return on Sales)
Return on Sales = Laba sebelum pajak dan bunga : penjualan x 100%
2012                = Rp.30.000 : Rp.160.000 x 100%
                        = 18,75%
2013                = Rp.25.000 : Rp.135.000 x 100%
                        = 18,5%
Artinya tingkat keuntungan yang diperoleh PT ABC di tahun 2012 dari setiap rupiahnya menghasilkan 0,01875 dan mengalami penurunan di periode berikutnya.


















BAB III
1.1    KESIMPULAN
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.











DAFTAR PUSTAKA